Arsitektur dan Desain Interior adalah keilmuan yang didasarkan pada pemecahan masalah yang dimulai dengan memahami kebutuhan manusia. Namun, dalam mendesain ruang terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangan, salah satunya adalah proxemic. Berikut adalah peran proxemic dalam arsitektur dan desain ruang!
Apa Faktor Penentu Desain Dalam Arsitektur ?
Berbagai pertimbangan mungkin hadir dalam konsiderasi desain suatu ruang. Namun, kepentingan ini sering tumpang tindih. Misalnya, dalam konteks public health services, staff kesehatan memerlukan pencahayaan yang maksimal dalam bekerja, namun di sisi lain, pasien menghendaki pencahayaan yang lembut. Oleh karena itu, perlu bagi arsitektur untuk memperhatikan faktor-faktor berikut :
1. Human Factor atau Ergonomis
Dalam ilmu perancangan desain untuk arsitektur, menciptkan ruang yang aman dan efektif bagi penghuninya adalah sebuah tujuan yang harus tercapai. Artinya, man is the measure of all thing atau manusia jadi fokus keilmuan ini, dimana manusia jadi penentu dan tujuan. Hal ini dikaji dalam ilmu ergonomi.
Ergonomi adalah cabang ilmu yang sistematis yang memanfaatkan berbagai informasi mengenai keterbatasan, kemampuan, karakteristik hingga tingkah laku manusia untuk kemudian merancang prosedur dan lingkungan tempat aktivitas manusia tersebut dilakukan. Dalam artian, perlu dilakukan komunikasi dan pendataan terkait dimensi manusia.
Pasalnya, Ergonomis bukan hanya mengenai spacious atau kelegaan dan efisiensi suatu ruang. Namun, ilmu ergonomi juga berarti interaksi manusia dengan lingkungan dan alat-alat yang dibutuhkannya. Sehingga, alat tersebut juga harus sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan manusia atau singkatnya, harus ergonomis. Jadi, bukan hanya arsitektur yang mengedepankan prinsip ergonomi, tetapi juga dalam pemilihan perabotan. Ergonomi memang merupakan keilmuan yang dapat diaplikasikan pada keduanya atas dasar data Antropometri. Data Antropometri adalah data yang didapat setelah melakukan berbagai pengukuran dimensi tubuh manusia yang dibutuhkan dalam melakukan pekerjaannya.
Baca Juga : Kenali 3 Basic Antropometri Desain Arsitektur, Wujudkan Human Based Design!
2. Proxemics
“Thousand of experiences teach us, that spaces communicates”
E.T. Hall
Dalam perkembangan manusia, komunikasi non verbal mengawali bentuk komunikasi lainnya. Dalam artian, komunikasi ini dibangun dengan raut wajah, gestur tubuh yang juga dikombinasikan dengan lexical konten sehingga membentuk suatu intepretasi. Hal ini dikaji dalam studi mengenai budaya. Menurut Knapp, komunikasi dibentuk oleh Environmental Factor, Proxemics, Kinesics, Touching Behaviour, Physical Characteristic, Paralanguange dan Artifacts.
Dari ketujuh bentuk komunikasi tersebut, Proxemics merupakan hal yang dikaji dalam beberapa disiplin ilmu, salah satunya arsitektur. Secara terminologi, Proxemic mengacu pada studi mengenai ruang (study of space). Studi ini didasarkan pada sifat manusia sebagai makhluk teritorial. Dengan kata lain, Proxemic adalah studi tentang sarana dimana individu dapat memanfaarkan ruang fisik dalam berinteraksi satu sama lain. Hal ini juga harus didasarkan pada budaya yang masing-masing orang memiliki standardnya masing-masing. Oleh karena itu, penting bagi Arsitektur untuk melakukan pendekatan dengan client terkait hal ini atau dalam ilmu arsitektur hal ini dikenal dengan Arsitektur Behavioural.
Adapun standard area fundamental dari Proxemics adalah :
- Intimate Distance (0-1,5 ft), zona intimate yang terhitung tidak cocok bila diterapkan pada ruang publik.
- Personal Distance (1,5-3 ft), zona Bubble, diperuntukan bagi orang yang sudah saling mengenal satu sama lain.
- Social Distance (4-11 ft), zona generalis yang diperuntukan untuk berkumpul atau biasa disebut dengan zona bisnis.
- Public Distance (12 ft-25 ft), zona publik dimana interaksi publik terjadi. Artinya, membutuhkan suara yg keras, kebahasaan yang formal dan lain-lain tergantung pada konteks peristiwa.
Studi mengenai ruang menurut Hall dibagi menjadi beberapa kategori, yakni :
1. Fixed Feature Space
Ruang ini mengacu pada bentuk paten pada dinding dan bangunan teritorial. Misalnya rumah, bangunan, kelas, ruang kerja dan lain-lain. Kegunaan ruang ini dapat membuat pengguna di dalamnya nyaman ataupun demotivasi. Oleh karena itu, penting bagi Arsitektur untuk mengetahui hal ini.
2. Semi Fixed Space
Kategori ini lebih penting dalam konteks komunikasi interpersonal. Dalam hal ini, objek sudah tetap. Sedangkan benda dan ruang memberikan kesan bagi objek. Kategori ini dibagi menjadi Sociofugal Space, yang mentransmisikan makna konotatif seperti besar, tinggi dll. Serta Sociopetal Space, kategori ini menstimulasi keterlibatan dalam proses komunikasi.
Baca Juga : Bagaimana Peran Ilmu Antropometri dalam Arsitektur?
Alat Ukur Antropometri Untuk Desain Arsitektur
Variabilitas dan keragaman manusia dapat didasarkan pada data Antropometri yang didapatkan melalui proses pengukuran. Seperti yang telah dijelaskan diatas, Alat ukur Antropometri adalah Antropometri portable dan Kursi Antropometri. Keduanya dapat mengukur dimensi tubuh manusia dimulai dari dimensi duduk dan berdiri, termasuk dimensi wajah.
Kursi Antropometri dari PT Solo Abadi Indonesia adalah kursi antropometri pertama di dunia. Dengan spesifikasi mumpuni, Kursi Antropometri telah melalui proses kalibrasi yang meverifikasi data antropometri yang dihasilkan. Tak sampai disitu, Kursi Antropometri dapat melakukan pengukuran hingga 34 dimensi tubuh manusia.
Antropometri Portable adalah alat ukur antropometri yang dapat melakukan pengukuran hingga 100 dimensi tubuh manusia. Berbeda dengan Kursi Antropometri, Antropometri Portable dapat digunakan dimanapun karena memiliki desain portable.
Kursi Antropometri dan Antropometri Portable telah digunakan di berbagai institusi baik dalam maupun luar negeri. Berbagai institusi ini berfokus di beberapa bidang keilmuan seperti pendidikan, institusi pemerintahan, kemiliteran, arsitektur hingga forensik.
Untuk informasi lebih lanjut hubungi email kami di admin@soloabadi.com atau melalui WhatsApp di 08510888111