Human based design adalah sebuah solusi berbasis desain yang berfungsi sebagai mengoptimasi relasi manusia dan desain bangunan. Sejatinya desain dalam frasa ‘desain arsitektur’ bukan hanya merajuk prinsip estetika. Desain Arsitektur juga berbasis pada keterkaitan fungsi bangunan dengan aktivitas manusia atau yang dikenal dengan Antropometri. Berikut adalah 3 Basic Antropometri dalam Desain Arsitektur.
Faktor Manusia Dalam Arsitektur
Desain suatu bangunan melibatkan berbagai faktor, dimulai dari finansial, fungsional, teknikal, sociocultural, lingkungan hingga astetika. Berbagai faktor ini kemudian dikombinasi untuk kemudian dipertimbangan dalam sebuah desain arsitektur. Dalam artian, desain arsitektur adalah salah satu bentuk penyelesaian manusia melalui desain.
Menurut International Ergonomics Association (IEA), ergonomi adalah disiplin yang berorientasi pada sistem dan merujuk ke segala aspek aktivitas manusia. Kata ‘sistem’ bukan hanya diartikan sebagai sistem fisik atau teknis yang digunakan untuk berinteraksi dengan orang. Namun, ergonomi saat ini juga merujuk pada kerangka sistem sosial dan organisasi. Dimana, setiap interaksi yang terjadi harus dianalisis dalam kaitannya dengan sistem dimana interaksi itu terjadi.
Artinya, setiap ‘kerja’ yang dilakukan manusia dalam ruangan atau tempat harus dipertimbangkan. Berikut adalah 3 Basic Antropometri yang harus diketahui dalam desain arsitektur!
Variabilitas dan Keragaman Manusia
Dalam pendekatan ergonomi, variabilitas manusia adalah parameter desain utama. Berfokus pada kegiatan individu, sudut pandang ergonomis mempertimbangkan keragaman individu dalam konteks situasi yang luas dengan kapabilitas dan limitasi yang berbeda pula.
Keragaman bukan hanya terbatas pada kapabilitas dan limitasi yang berbeda, namun juga didasarkan pada ukuran tubuh, umur, jenis kelamin, ras hingga kondisi kesehatan. Secara fisik, keragaman ini dapat diukur dengan proses pengukuran Antropometri dengan alat ukur Antropometri Portable dan Kursi Antropometri.
Jika merujuk pada definisi sistem ergonomi, faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah persepsi terhadap lingkungan, human processing dan cognitive functioning, hingga pembentukan motivasi. Faktor keragaman manusia menjadi sangat krusial jika referensi ini digunakan pada bangunan dengan fungsi khusus untuk individu disable atau telah lanjut usia.
Baca Juga : Bagaimana Peran Ilmu Antropometri dalam Arsitektur?
Ergonomi dan Tingkat Kenyamanan
Beberapa studi telah mengungkapkan bahwa dalam arsitektur desain, tidak dapat dipungkiri bahwa ‘pengguna’ atau manusia adalah bagian dalam desain. Dengan menempatkan manusia pada dasar, tujuan ergonomi adalah membentuk lingkungan yang nyaman dan aman. Building Sustainability atau fungsi keberlanjutan bangunan. Dalam artian, bangunan dapat memenuhi kebutuhan individu, baik tanpa maupun dengan kebutuhan khusus.
Sejatinya, Antropometri adalah metodelogi teknikal untuk merangkap fungsi dan bentuk menjadi satu. Sehingga fungsi bangunan human based design dapat memenuhi kebutuhan individu yang tinggal didalamnya, termasuk furnitur atau instrumen pendukung kegiatan individu. Sebagai contoh, sebuah ruangan kerja harus cukup memenuhi kebutuhan kerja, gedung produksi industri harus memiliki ruangan yang cukup luas untuk stasiun kerjanya.
Aksesibilitas Bangunan dan Desain Untuk Semua
Aksesibilitas dalam arsitektur adalah konsep terpenting untuk mewujudkan human based design. Aksesibilitas dalam arsitektur mencakup kemampuan kognitif, sensori dan kemampuan fisik. Ketiganya menjadi konsiderasi untuk menentukan wayfinding atau jalan keluar, jalur keadaan darurat dan desain untuk individu berkebutuhan khusus. Ketiga prinsip ini seharusnya dapat diaplikasikan dalam segala bangunan publik, yang seharusnya dapat memenuhi kebutuhan segala variabilitas kebutuhan manusia.
Baca Juga : Antropometri dalam Arsitektur, Beberapa Hal Yang Perlu Diketahui
Alat Ukur Antropometri Untuk Basic Desain Arsitektur
Variabilitas dan keragaman manusia dapat didasarkan pada data Antropometri yang didapatkan melalui proses pengukuran. Seperti yang telah dijelaskan diatas, Alat ukur Antropometri adalah Antropometri portable dan Kursi Antropometri. Keduanya dapat mengukur dimensi tubuh manusia dimulai dari dimensi duduk dan berdiri, termasuk dimensi wajah.
Kursi Antropometri dari PT Solo Abadi Indonesia adalah kursi antropometri pertama di dunia. Dengan spesifikasi mumpuni, Kursi Antropometri telah melalui proses kalibrasi yang meverifikasi data antropometri yang dihasilkan. Tak sampai disitu, Kursi Antropometri dapat melakukan pengukuran hingga 34 dimensi tubuh manusia.
Antropometri Portable adalah alat ukur antropometri yang dapat melakukan pengukuran hingga 100 dimensi tubuh manusia. Berbeda dengan Kursi Antropometri, Antropometri Portable dapat digunakan dimanapun karena memiliki desain portable.
Kursi Antropometri dan Antropometri Portable telah digunakan di berbagai institusi baik dalam maupun luar negeri. Berbagai institusi ini berfokus di beberapa bidang keilmuan seperti pendidikan, institusi pemerintahan, kemiliteran, arsitektur hingga forensik.
Untuk informasi lebih lanjut hubungi email kami di admin@soloabadi.com atau melalui WhatsApp di 08510888111