Stunting dapat terjadi karena kekurangan gizi pada masa kehamilan hingga anak usia dua tahun. Namun, terjadinya stunting erat juga kaitannya dengan masa kehamilan dini atau usia remaja. Kita lihat pada masa sekarang banyak kasus pernikahan dini akibat faktor hamil terlebih dulu. Seperti yang kita tahu, remaja usia 15-19 tahun banyak yang mengajukan dispensasi nikah. Penyebabnya beragam, ada yang sudah hamil di luar nikah, faktor ekonomi, maupun faktor perjodohan.
Kehamilan di usia remaja sangat rentan berdampak ke stunting. Mengapa demikian? Yuk, kita bahas selengkapnya di sini.
Hubungan Kehamilan Usia Dini dan Stunting
Awal tahun 2023, Indonesia dikejutkan dengan banyaknya kasus pengajuan dispensasi nikah oleh remaja yang rata-rata berusia 15-19 tahun. Lantaran, kejadian hamil diluar nikah menjadi alasan untuk pengajuan pernikahan. Padahal di usia tersebut, remaja seharusnya dalam masa wajib belajar. Namun, kurangnya edukasi parenting yang optimal, faktor ekonomi, dan kurangnya pengawasan orang tua mengakibatkan remaja sudah mengalami kejadian masa kehamilan.
Tingginya pengajuan dispensasi nikah ini nanti juga bisa berdampak terhadap kejadian stunting. Mengapa begitu? Karena masa kehamilan di usia remaja yang belum siap hamil dan menikah, bisa rentan melahirkan anak stunting apabila tidak ditangani dengan baik. Misalnya saja edukasi parenting dan pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan yang kurang mengakibatkan janin tidak mengalami pertumbuhan yang optimal.
Stunting sendiri merupakan kejadian kurangnya nutrisi pada masa kehamilan atau pada 1000 hari pertama kehidupan. Atau terjadi pada usia 0-2 tahun. Apabila anak sudah terindikasi stunting, ciri yang dapat dilihat adalah kondisi fisiknya yang berperawakan pendek.
Kehamilan di usia remaja dan kejadian stunting sudah seharusnya dicegah dengan sebaik mungkin. Dan usia remaja yang sudah matang menikah telah diatur pada Undang-Undang No 16 tahun 2019 tentang perkawinan di Indonesia. Lonjakan dispensasi pernikahan yang tinggi bisa memicu terjadinya stunting yang akan berdampak dalam menyambut generasi emas di tahun 2024.
Pentingnya edukasi dan pengawasan orang tua menjadi faktor penting yang perlu diajarkan kepada para remaja. Dan bahaya stunting yang meghantui negeri ini perlu disosialisasikan dan dikampanyekan dengan merata. Hal ini untuk menghindari kejadian seperti ini.
Dampak Kehamilan di Usia Remaja
Selain berdampak pada kejadian stunting, kehamilan di usia remaja juga bisa berdampak pada kejadian sebagai berikut:
- Dapat memicu konflik rumah tangga yang berujung pada angka perceraian.
- Rentan untuk melahirkan bayi dengan berat badan rendah
- Dapat menyebabkan peningkatan kematian ibu dan bayi
- Dapat memicu peningkatan kematian neonatal bayi dan balita
- Dapat memicu depresi pada si ibu setelah kelahiran
- Dapat
Dengan demikian, diperlukan adanya tindakan dan gerakan sosialisasi edukasi kepada para remaja tentang dampak dari kehamilan usia remaja. Dan juga pengawasan orang tua terhadap pergaulan anak juga perlu ditingkatkan lagi.
Jual Alat Untuk Deteksi Stunting
Stunting dapat dideteksi melalui pemantauan pertumbuhan anak dengan pengukuran antropometri. Pengukuran ini meliputi tinggi badan, berat badan, dan pengukuran lingkar lengan atas dan kepala. Semua pengukuran ini lengkap dalam satu paket alat antropometri kit.
PT Solo Abadi Indonesia merupakan salah satu produsen antropometri kit di Indonesia, semua produk yang diproduksi asli buatan dalam negeri. Antropometri kit dari PT Solo Abadi Indonesia memproduksi alat ukur antropometri yang meliputi:
- Stadiometer (Pengukur Tinggi Badan)
- Infantometer Board (Pengukur Panjang Badan)
- Pita Lingkar Lengan Atas dan Kepala (LILA)
- Timbangan Dewasa
- Timbangan Bayi Digital
Apabila Anda ingin terhubung bersama kami untuk dapatkan antropometri kit dalam negeri, silakan langsung saja hubungi WhatsApp kami. Anda juga bisa membeli antropometri kit kami melalui marketplace pemerintah yaitu E-Katalog. Dapatkan penawaran terbaik dari kami.
Baca Juga: Penting! Pernikahan Dini Dapat Memicu Lahirkan Anak Stunting