Olahraga merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia untuk menjaga kebugaran tubuhnya. Pada era kiwari, olahraga bisa dilakukan di mana saja dan dengan cara bermacam-macam sesuai kebutuhan masing-masing orang. Namun tidak semua orang bisa mengakses olahraga apa yang sesuai untuk mereka. Utamanya kaum disabilitas yang tidak bisa sembarangan dan memiliki batasan untuk melakukan olahraga tertentu. Oleh sebab itu diperlukan bimbingan dan fasilitas yang mendukung untuk kegiatan olahraga para difabel.
Semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, mempermudah manusia untuk menyesuaikan kebutuhan mereka. Bagi kaum difabel diperlukan fasilitas yang sesuai dengan apa yang mereka butuhkan. Oleh sebab itu diperlukan ilmu antropometri, ilmu antropometri adalah ilmu yang digunakan untuk mengetahui fisik manusia, utamanya adalah kumpulan data fisik manusia. Kumpulan data ini yang kemudian digunakan dalam aplikasi fasilitas olahraga untuk difabel. Misalnya saja, pembuatan kursi roda untuk balap kursi roda disabilitas, kursi roda berukuran lebih panjang dan menggunakan tiga roda. Roda belakang tidak memakai jeruji. Tinggi kursi harus disesuaikan dengan tinggi atlet sebab akan mempengeruhi saat dikayuh menggunakan tangan.
Sedangkan untuk olahraga basket menggunakan model kursi yang lain lagi. Dilansir dari liputan6.com, desain kursi roda disesuaikan dengan kebutuhan atlet, atlet basket dengan yang memiliki tingkat disabilitas tinggi menggunakan kursi lebih rendah untuk mempermudah ruang geraknya. Sementara, tingkat disabilitas yang lebih rendah menggunakan ukuran kursi lebih tinggi.
Kategori Data Dalam Antropometri
Dalam perancangannya menggunakan data antropometri, terdapat tiga filosofi dasar untuk desain menurut ahli ergonomi (Niebel & Freivalds 2002 dalam Isharyadi dan Ningtyas 2013) yaitu:
a. Desain ekstrim, yang artinya sumber penentuan desain tempat, kursi atau lingkungan kerja semestinya menggunakan data antropometri individu ekstrim. Contoh: penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat.
b. Desain penyesuaian, desainer menyesuaikan dengan pengguna (user) untuk merancang ukuran peralatan maupun fasilitas tertentu. Contoh: perancangan kursi mobil yang letaknya bisa digeser maju atau mundur, dan sudut sandarannya pun bisa diubah.
c. Desain rata-rata, desainer merujuk data antropometri rata-rata dalam mendesain suatu alat ataupun fasilitas. Contoh: desain fasilitas umum seperti toilet umum, kursi tunggu, dan lain- lain.
Alat Antropometri Untuk Olahraga Difabel
Kemudian, guna mempermudah memperoleh data-data pengukuran tersebut, dalam ilmu ergonomi digunakan berbagai alat ukur antropometri yaitu:
- Anthropometer
Antropometer adalah sebuah alat yang terdiri dari sebatang pipa sepanjang 2000 mm, tersusun dari empat bagian dengan sebuah pegangan yang dapat digeser ke atas atau ke bawah dan sebuah pegangan stabil. Pipa mempunyai skala dengan ketepatan 1 mm. Antropometer digunakan dalam pengukuran panjang seperti tinggi badan, panjangnya tulang pipa.
- Kursi Antropometri
Kursi antropometri digunakan dalam pengukuran data-data antropometri manusia terutama dalam posisi duduk. Data yang diperoleh berikutnya digunakan untuk merancang berbagai kursi serta untuk perancangan ragam fasilitas kerja yang berhubungan dengan manusia sebagai pemakainya.
- Campbell Caliper 20
Alat ini berfungsi guna mengukur lebar atau tebal batang tubuh (torso breadths) seperti acromial, dada melintang (transverse chest), biiliocristal dan sebagainya.
- Segmometer
Alat ini berfungsi guna mengukur ketinggian proyeksi (projected heights) dan panjang segmental langsung (direct segmental lengths) seperti tinggi tubuh, tinggi bahu dalam posisi berdiri dan sebagainya
- Measuring tape (meteran)
Alat ini biasa digunakan dalam ragam pengukuran lingkar atau lengkung (busur). Pita ini memiliki skala ketelitian 1 mm.
Salah satu cara yang paling tepat yaitu dengan menggunakan kursi antropometri. Kursi antropometri adalah kursi yang berfungsi untuk mengukur dimensi tubuh manusia, kursi antropometri yang kami ciptakan bisa mengukur hingga 34 dimensi tubuh manusia. Selain pengukuran yang cukup lengkap, mengukur menggunakan kursi antropometri ini tidak membutuhkan tenaga ahli dan hanya memerlukan ketelitian dalam pengamatan. Kursi antropometri ini juga lebih tahan lama untuk digunakan bertahun-tahun. Untuk itu, alat ini tepat bagi mengukur fasilitas olahraga penyandang disabilitas yang mempermudah akses untuk berolahraga kapanpun. Maka kursi ini menjadi barang yang berguna mendukung pembuatan alat-alat maupun fasilitas penyandang disabilitas maupun peralatan olahraga lainnya.