25 materi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam perkantoran. K3 sendiri ialah sistem atau prosedur untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, nyaman, dan aman bagi pekerja. Untuk menciptakan K3 perkantoran dapat dibentuk dengan SMK3 yaitu sistem manajemen keselamatan & kesehatan kerja perkantoran.
SMK3 perkantoran adalah bagian sistem manajemen gedung perkantoran secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja untuk menciptakan tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Berikut 24 materi mengenai K3 perkantoran yang dapat diterapkan di lingkungan kerja.
Baca Juga: Bahaya Tidak Menerapkan Ergonomi K3 di Tempat Kerja
24 Materi K3 Perkantoran
1. Pengantar Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam bidang perkantoran merupakan segala kegiatan yang menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan kerja karyawan unttuk menanggulangi kecelakaan dan penyakit kerja di perkantoran. K3 perkantoran dibagi menjadi dua aspek yaitu keselamatan kerja dan kesehatan kerja.
Keselamatan kerja meliputi risiko terjatih, terbentur, terpeleset, bahaya kebakaran, elektrik shock, gempa, banjir, dan juga bahaya biologi. Sementara kesehatan kerja meliputi posisi kerja yang tidak ergonomis, beban kerja yang berlebihan, konsumsi makanan yang tidak sehat, dan yang menimbulkan penyakit akibat kerja.
2. Identifikasi Bahaya Kerja
Materi selanjutnya dalam K3 perkantoran adalah identifikasi bahaya kerja. Menurut OSHA dalam program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yaitu melaksanakan identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang berkelanjutan. Identifikasi bahaya merupakan upaya untuk mengetahui, mengenal, serta memperkirakan adanya bahaya pada suatu sistem, seperti peralatan, tempat kerja, proses kerja, hingga prosedur kerja.
Menurut ISO 45001:2018 menyebutkan dalam identifikasi bahaya ada beberapa hal yang diperhatikan, di antaranya:
- Aktivitas rutin dan non rutin di tempat kerja.
- Aktivitas semua pihak yang memasuki tempat kerja.
- Perilaku manusia, kemampuan, dan faktor manusia lainnya.
- Bahaya dari luar lingkungan tempat kerja.
- Bahaya yang timbul di tempat kerja.
- Infrastuktur, peralatan dan material, baik disediakan perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan dengan perusahaan.
- Perubahan pada organisasi, aktivitas atau material yang digunakan.
- Perubahan pada sistem manajemen K3 termasuk perubahan yang bersifat sementara dan berdampak terhadap operasi, proses, dan aktivitas kerja.
3. Penilaian Risiko Kerja
Penilaian risiko merupakan proses penilaian suatu risiko dengan membandingkan tingkat/ kriteria risiko untuk menentukan prioritas pengendalian bahaya yang sudah diidentifikasi. Berikut beberapa hal yang dilakukan dalam penilaian kerja:
- Mengumpulkan semua informasi mengenai bahaya atau potensi yang ada di tempat kerja.
- Melakukan inspeksi secara langsung untuk menemukan potensi bahaya yang ada di tempat kerja dengan pemeriksaan secara berkala.
- Melakukan identifikasi bahaya terhadap kesehatan kerja yang dapat mengakibatkan gangguan/kerusakan kerja.
- Melakukan investigasi pada setiap insiden yang terjadi dapat berupa kecelakan kerja, penyakit akibat kerja, near misses dan laporan tentang bahaya kerja.
- Melakukan identifikasi bahaya yang terkait dengan situasi darurat dan aktivitas non rutin yang dapat menimbulkan risiko bagi pekerja.
- Mengelompokkan sifat bahaya yang teridentifikasi dalam pengendalian sementara, dan menentukan prioritas bahaya yang perlu pengendalian secara permanen.
4. Manajemen Kesehatan Kerja
Manajemen kesehatan kerja termasuk dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). Hal ini merupakan bagian dari sistem manajemen perusahaan dalam pengendalian risiko para pekerja. Manajemen kesehatan kerja termasuk dalam ISO 45001 yang menyebutkan kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan.
5. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Penggunaan alat pelindung diri (APD) merupakan perlengkapan yang penting bagi pekerja dalam penerapan kesehatan dan keselamatan kerja. Penggunaan APD ini telah diatur pada UU No. 1 Tahun 1970 yang berkaitan dengan mesin, peralatan, landasan tempat kerja, dan lingkungan tempat kerja. Tujuan penggunaan APD adalah mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja sehingga untuk memberikan perlindungan pada sumber-sumber produksi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Contoh peralatan APD meliputi helm pengaman, kacamata pengaman, masker pernapasan, sarung tangan, rompi safety, sepatu safety, hingga alat penutup telinga.
6. Ergonomi Kerja
Ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan erat kaitannya dalam pekerjaan yang dilakukan. Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA), ergonomi merupakan ilmu yang menerapkan desain peralatan dan pekerjaan sesuai dengan kapasistas manusia. Penerapan ergonomi dalam pekerjaan memiliki tujuan untuk mencegah terjadinya cedera atau kecelakaan kerja.
Apabila faktor ergonomi ini diabaikan pada lingkungan kerja dapat menyebabkan risiko terjadinya MSDs (musculoskeletal disorders) yaitu gangguan fungsi pada otot, ligamen, saraf dan tendon, sendi serta tulang belakang. Cedera kerja seperti ini dapat terjadi karena beberapa faktor, di antaranya:
- Posisi duduk yang tidak ergonomis saat di depan komputer.
- Terlalu mengangkat beban berat.
- Menggunakan telepon genggam tidak ergonomis.
- Berdiri terlalu lama.
7. Penanganan Bahan Berbahaya
Penanganan bahan berbahaya sangat diperlukan pada tempat kerja guna mencegah kesehatan para pekerja. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa hal di antaranya:
- Menilai risiko yang ada di tempat kerja.
- Memberikan pelatihan dan informasi yang memadai kepada karyawan tentang bahan berbahaya di tempat kerja.
- Mempertimbangkan potensi bahaya dan perencanaan masa depan.
- Selalu menggunakan alat pelindung diri (APD) yang tepat.
- Menyimpang semua bahan berbahaya dengan benar.
- Menggunakan bahan berbahaya untuk tujuan yang tepat.
- Tidak makan atau minum ketika menangani bahan berbahaya.
- Melaporkan segala kekhawatiran tentang wadah yang rusak atau potensi kebocoran tumpahan.
8. Keselamatan Kebakaran
Keselamatan pekerja saat terjadinya kebakaran di tempat kerja. Penyebab kebakaran pun dapat terjadi karena berbagai hal dan tentunya harus diwaspadai oleh setiap pekerja. Berikut langkat dalam menanggulangi kebakaran di tempat kerja:
- Mengidentifikasi risiko kebakaran.
- Melakukan evaluasi dan pengurangan risiko.
- Melakukan pelatihan keselamatan kebakaran.
- Membuat rencana evakuasi kebakaran.
- Menanggulangi kebakaran di tempat kerja dengan APAR.
9. Pertolongan Pertama
Kecelakaan di tempat kerja merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Tetapi hal ini dapat diobati atau ditolongi dengan pertolongan pertama dalam menangani kecelakaan kerja. Misalnya kecelakaan mesin, paparan bahan kimia, maupun kebakaran. Berikut langkah pertolongan pertama yang dapat dilakukan sebagai berikut:
- Evaluasi situasi
- Penanganan luka ringan
- Penanganan luka berat
- Menghubungi bantuan medis
10. Pengendalian Stress
Dalam berbagai pekerjaan yang menumpuk dan kadang membuat para pekerja stress dan dapat berakibat pada performa kerja. Stress pun dapat diakibatkan karena berbagai faktor meliputi beban kerja, lingkungan kerja yang kurang nyaman, hingga gaji yang tidak mencukupi. Untuk menghindari stress berikut langkag yang dapat diterapkan:
- Menetapkan batasan kerja
- Menyisihkan waktu untuk hobi
- Mengembangkan respon yang sehat
- Menggunakan waktu dengan efisien
- Menghindari prasangka yang buruk
Baca Juga: Ini Dia Sejumlah Pengendalian Bahaya Ergonomi yang Dapat Dilakukan
11. Polusi dan Kualitas Udara
Faktor polusi dan kualitas udara yang buruk juga menjadi bagian terpenting bagi pekerja. Hal ini termasuk dalam kesehatan kerja. Kualitas udara yang tidak sehat apalagi berada di perkotaan dapat mengganggu sistem pernapasan seperti penyakit paru-paru, asma, gangguan jantung, dan meningkatkan risiko kematian dini. Berikut cara mengatasi polusi dan kualitas udara yang buruk:
- Pembersihan udara dengan alat penyaring udara di dalam kantor dapat mengurangi partikel polutan yang tersebar dalam ruangan.
- Ventilasi pada ruangan kantor untuk menghindari penumpukan polutan dalam ruangan.
- Menanam tanaman dapat menyaring polutan udara di sekitar ruangan kerja.
- Edukasi bagi setiap lingkungan kerja untuk mengetahui sumber-sumber poluis udara dan cara mengatasinya.
12. Pencahayaan Yang Baik
Pencahayaan yang baik di tempat kerja penting dilakukan untuk membuat para pekerja merasa nyaman dan mencegah terjadinya gangguan mata. Berikut beberapa ketentuan penerangan yang baik di tempat kerja:
- Memanfaatkan pencahayaan pada siang hari di tempat kerja.
- Memilih latar belakang visual yang sesuai.
- Memilih tempat kerja berdasarkan sumber cahaya dan menghindari silau.
- Menggunakan pencahayaan tambahan yang paling sesuai.
- Menghindari bayangan.
- Melakukan pembersihan.
13. Tindakan Darurat
Tindakan darurat di tempat kerja adalah hal yang penting bagi setiap pekerja. Contohnya saat terjadi kebakaran. Apabila pekerja memiliki pemahanan terhadap penanganan keadaan darurat maka pekerja akan melakukan tindakan yang tepat seperti segera evakuasi dan menghubungi pemadam kebakaran.
14. Keselamatan Listrik
Keselamatan listrik juga merupakan hal wajib yang perlu diketahui oleh setiap pekerja. K3 dalam bidang kelistrikan merupakan suatu sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja untuk melindungi para pekerja dari bahaya listrik.
15. Gangguan Psikososial
Gangguan psikososial merupakan aspek-aspek yang meliputi desain kerja, organisasi kerja, serta manajemen kerja. Hal ini sangat berhubungan dengan lingkungan sosial kerja yang dapat berpotensi menyebabkan gangguan pada psikologi dan fisik pekerja.
16. Pemeliharaan Peralatan
Pemeliharaan peralatan kerja merupakan tindakan untuk mengatur semua saranan dan prasaran agar selalu dalam kondisi yang baik. Hal ini tentunya untuk mencegah kerusakan alat secara dini.
17. Protokol Kebersihan
Menerapkan protokol kebersihan di tempat kerja juga menjadi bagian dalam kelamatan dan kesehatan kerja. Apabila ruangan kerja bersih akan membuat nyaman bagi para pekerja, tetapi sebaliknya apabila ruang kerja kotor membuat pekerja tidak betah. Protokol kebersihan ini dapat dilakukan dengan rutin menyapu dan membersihkan meja, lantai, kursi, dan peralatan kerja lainnya.
18. Audit K3
Audit keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk mengevaluasi dan memastikan keefektifan upaya perusahaan dalam menjaga keselamatan dan kesehatan para pekerja. Dengan audit K3 dapat mengetahui evaluasi bahaya potensial, memastikan kepatuhan, mengendalikan bahaya potensial, dan rencana respon terhadap keadaan gawat darurat.
19. Sosialisasi K3
Dalam menciptakan pengetahuan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja pada setiap pekerja sangat penting dilakukan sosialisasi. Hal ini sebagai bentuk penerapan K3 yang meliputi tool box meeting, safety induction, poster, rambu-rambu keselamatan, spanduk, safety permit, pelatihan K3, dan razia kedisiplinan.
20. Pengelolaan Limbah
Pengolahan limbah di tempat kerja bertujuan untuk tidak mencemari lingkungan atau dapat membahayakan kesehatan manusia. Selain itu mengolah limbah dapat menjadi nilai ekonomi. Juga menciptakan aliran limbah yang bersih dan baik bagi lingkungan sekitar.
21. Kesehatan Mental di Tempat Kerja
Kesehatan mental di tempat kerja merupakan segala yang mencakup kesejahteraan emosional, psikologis, maupun sosial. Mental dapat mempengaruhi seseorang dalam berpikir, perasa, dan tindakan yang dilakukan. Seorang pekerja juga wajib menjaga kesehatan mental dengan penanganan stress yang baik, menghadapi orang, dan menentukan kebijakan.
22. Komunikasi K3
Komunikasi di tempat kerja merupakan aspek yang membentuk kolaborasi dan produktivitas sebuah tim. Komunikasi merupakan proses pertukan informasi antar individu yang dapat dilakukan melalui simbol, tanda, maupun perilaku. Komunikasi dalam hal pekerjaan memiliki peran penting di antaranya:
- Memahami tujuan bersama
- Mencegah kesalahpahaman
- Memberikan feedback atau timbal balik
- Meningkatkan kolaborasi
- Meningkatkan keberlanjutan hubungan kerja
23. Penyakit Akibat Kerja
Karena tekanan pekerjaan yang banyak, seorang pekerja juga rentan terkena penyakit. Berikut beberapa penyakit yang menyerang para pekerja:
- Asma
- Dermatitis kontak
- Kanker
- Infeksi menular
- Gangguan pernapasan
- Muskoloskeletal
- Gangguan pendengaran
- Mental
24. Kepatuhan Terhadap Regulasi K3
Kepatuhan seoarang pekerja terhadap regulasi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dapat menjadi pilar utama dalam menjaga kesejahteraan pekerja dan kelangsungan operasional perusahaan. Kepatuhan terhadap perundang-undangan menjadi dasar utama dalam melindungi pekerja dari risiko kecelakaan dan penyakit kerja.
Perbaiki K3 Perkantoran Dengan Antropometri Portable Complete Set Series
Dalam menciptakan kenyamanan pekerja akan alat-alat kerja yang digunakan untuk mencegah terjadinya bahaya kerja dapat dimulai dengan kesesuaian atau ergonomi antropometri. Antropometri sendiri merupakan sistem pengukuran dimensi tubuh manusia yang berkaitan dengan ergonomi. Sementara ergonomi merupakan bidang yang menyesuaikan postur tubuh manusia dengan benda kerja yang digunakannya.
Metrisis Antropometri Portable Complete Set Series merupakan solusi dalam menciptakan keseuaian postur tubuh manusia dengan alat kerja yang digunakan. Berikut kelebihan dari Complete Set Series:
- Instrumen pengukuran paling lengkap, karena terdiri dari antropometer, large spreading caliper, dan small spreading caliper.
- Dapat melakukan pengukuran di mana saja.
- Barang dalam negeri dengan kualitas mumpuni.
- Dapat dibawa ke mana saja.
- Terbuat dari bahan stainless steel
- Tersedia manual book atau panduan pemasangan alat.
Terkait detail alat atau pemesanan Anda dapat menghubungi WhatsApp Admin kami. Atau Anda juga dapat mengisi tautan ASK FOR PRICE untuk mendapatkan penawaran harga terbaik. Alat ini juga sudah tersedia E-Catalog.