Stunting menjadi permasalahan serius serta masalah gizi utama pada balita di Indonesia. Masalah stunting bisa berdampak pada jangka pendek maupun jangka panjang. Jangka pendek stunting terkait pada tingkat morbiditas (data mengenai penyakit suatu populasi) dan mortalitas (angka kematian) pada bayi dan balita. Jangka panjang stunting terkait pada kualitas sumber daya manusia serta penyakit degeneratif saat dewasa.
Jika sudah terkena stunting, tidak bisa diatasi. Maka langkah yang dilakukan adalah dengan cara mencegah terjadinya stunting. Salah satunya dengan memperhatikan 1000 Hari Pertama Kelahiran. Stunting merupakan salah satu keadaan malnutrisi dimana adanya ketidakcukupan zat gizi sehingga mengalami gizi yang kronis.
Baca juga: Kehamilan di Usia Remaja, Bisa Berdampak Stunting? Ibu Muda Harus Tahu!
Stunting tidak hanya terjadi pada anak yang kekurangan nutrisi dari Ibu Hamil. Tetapi, dari pola makan remaja juga dapat menyebabkan terjadinya Stunting. Maka dari itu, diperlukan edukasi mengenai pencegahan stunting di kalangan remaja. Tujuannya adalah untuk mengedukasi remaja perempuan agar menjaga gizi seimbang sebelum masa kehamilan.
Pemicu Terjadinya Stunting
Pencegahan stunting perlu dilakukan sedini mungkin, salah satunya dengan pola hidup sehat. Berikut ini terdapat empat poin yang menjadi pemicu terjadinya stunting, diantaranya adalah:
1.Anemia
Anemia merupakan masalah kesehatan yang terjadi karena sel darah merah dalam tubuh lebih rendah dibandingkan jumlah normalnya. Anemia sering terjadi pada remaja putri. Remaja putri dan wanita membutuhkan sel darah merah 2 kali lipat dari laki-laki karena setiap bulannya terjadi menstruasi dan kehilangan darah saat melahirkan.
Akibat anemia terhadap tumbuh kembang remaja putri yaitu mata berkunang-kunang ketika akan berdiri dari posisi jongkok, muka pucat, menurunkan konsentrasi belajar.
2.Kurang Energi Kronis (KEK)
Kurang Energi Kronis (KEK) merupakan masalah gizi dimana seseorang mengalami kekurangan asupan makanan dalam jangka waktu yang lama (menahun). Kurang Energi Kronik (KEK) biasanya terjadi pada wanita usia 15-45 tahun. KEK dapat diukur menggunakan pita LILA, seorang remaja putri dikatakan mengalami KEK apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm.
Bahaya KEK bagi remaja yaitu rentan terkena penyakit sehingga daya tahan tubuh menurun, mengganggu konsentrasi belajar anak.
3.Obesitas
Selain beberapa hal di atas, salah satu faktor mengapa stunting bisa terjadi yaitu adalah karena obesitas. Nah, obesitas biasanya terjadi karena dua faktor yaitu Faktor lingkungan dan Faktor Genetik. Faktor lingkungan tersebut terjadi karena terlalu sering mengkonsumsi fast-food dan soft-drink, kurangnya beraktivitas fisik seperti olahraga. Selain itu, faktor genetik juga menjadi salah satu hal yang bisa menyebabkan obesitas.
Gizi yang Baik pada Remaja dan Pengukuran LILA
Pada masa remaja, pemenuhan gizi sangat dibutuhkan dengan cara mengkonsumsi makanan seperti sumber karbohidrat, lauk nabati dan hewani, sayuran hijau dan buah, serta minum air putih 8 gelas perhari. Perbaikan gizi dan pola makan saat ini sangat dibutuhkan karena untuk pencegahan terjadinya stunting terhadap remaja.
Selain itu, pengukuran Lingkar Lengan Atas pada remaja juga diperlukan agar terhindar dari Kekurangan Gizi Kronis (KEK) yang dapat diukur menggunakan pita LILA.
Pita LILA dari Solo Abadi merupakan alat pengukuran lingkar lengan atas dan kepala pada balita. Tidak hanya pada balita, tetapi juga dapat digunakan untuk mengukur lingkar lengan atas dan kepala orang dewasa.
Kalau anda tertarik dengan alat ukur pita LILA dapat menghubungi kami melalui WhatsApp, atau untuk mendapatkan penawaran harga terbaik dapat mengisi form Ask For Price. Kami siap untuk segera melayani anda.