Peran Antropometri dalam Fisioterapi, Diskusi bersama Dosen Fisioterapi UMS Suryo S. Perdana, M. Sc.

Surakarta, PT SOLO ABADI INDONESIA – Salam sehat sobad solid! Pada segmen Diskusi Bareng Dosen (DBD) episode dua kali ini team Solo Abadi mendapatkan kesempatan untuk berkolaborasi dengan seorang Dosen Fisioterapi. Beliau adalah Bapak Suryo S. Perdana, M. Sc. selaku dosen Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta atau UMS. Langsung bersama ahlinya, kami membahas tuntas mengenai Antropometri dalam fisioterapi!

antropometri fisioterapi

Seperti tajuk artikel, kebersamaan kami bersama Bapak Suryo pada Kamis (17/02/2022) diwarnai pembahasan mengenai “Peran Antropometri dalam Ilmu Fisioterapi”. Apabila kamu pembaca setia informasi Solo Abadi, pasti sudah mengetahui kalau antropometri adalah ilmu yang dimanfaatkan untuk banyak lini. Dengan cakupannya yang luas, ilmu antropometri juga dapat diterapkan dalam praktik ilmu fisioterapi.

Mengenal Antropometri

Banyak pengertian antropometri secara definitif. Pasalnya antropometri atau dimensi tubuh manusia memiliki pengaplikasian yang begitu beragam. Ilmu mengenai antropometri dan pengukurannya banyak diaplikasikan di industri rumah tangga, desain sistem kerja, dan banyak lagi.

Meski antropometri adalah istilah yang cukup asing di telinga masyarakat awam. Namun dalam ranah kesehatan, istilah antropometri justru adalah hal yang sangat familiar dan perannya signifikan terutama dalam bidang fisioterapi. Bapak Suryo selaku dosen fisioterapi dengan kompetensi FT Olahraga dan Wellness mendefinisikan Antropometri sebagai ilmu yang merubah subjektivitas menjadi objektivitas.

“Artinya kita merubah sesuatu yang sebelumnya tidak terukur menjadi satuan yang terukur. Kalo saya lebih kesana arahnya.” jelas beliau

Banyak sekali penerapannya di kehidupan sehari-hari. Salah satu peran antropometri yang paling mudah ditemukan adalah pada tangga. Kita bisa bilang “oh ini tangganya tinggi” yang merupakan pernyataan subjektif. Kemudian saat dihitung dengan satuan, seberapa tinggi kita melangkah di tangga, hal tersebut berubah menjadi objektif.

antropometri fisioterapi

Contoh lainnya ketika sedang diet, kita bisa bilang “oh ini gemuk… oh ini kurus” pernyataan ini juga merupakan sesuatu yang subjektif. Namun ketika sudah memanfaatkan alat ukur antropometri yaitu timbangan dapat menjadi objektif dan terukur, “oh ini bobotnya 55kg, 60kg”.

“Jadi segala sesuatu baik itu tools, atau equipment yang merubah subjektivitas menjadi objektif maka dapat disebut sebagai alat antropometri begitu.” papar sang dosen  

Antropometri dalam Fisioterapi

Sesuai dengan bidang keilmuan dari Bapak Suryo, beliau kemudian menjelaskan Sejarah dari antropometri dalam ilmu fisioterapi. Fisioterapi dunia sendiri lahir dari sebuah keilmuan gabungan didalamnya terdapat pengaruh ilmu medis, fisikanya, hingga biologi. Kemudian kita fokus ke bagaimana penerapan ilmu fisika dalam fisioterapi.

“…maka dalam mata kuliah kita ada namanya Fisika fisioterapi. Nah ketika ada ilmu itu maka ilmu tadi yang memang menjadi ruhnya. Itu dasarnya yah, ada fisika fisioterapi, lalu dikembangkan lagi keilmuannya lebih naik sedikit yaitu pengukuran. Ada mata kuliah namanya pengukuran.” tambah beliau

Apa yang diukur? Banyak yang diukur, misalnya panjang tungkai, panjang lengan, lingkar otot. Dalam fisioterapi, terdapat identifikasi biometrik, keilmuan inilah yang paling dekat berkenaan dengan antropometri. Bagaimana mengukur sudut gerakan, panjang langkah kaki, kecepatan berjalan, massa otot dan sebagainya. Antropometri juga berkenaan dengan sub-keilmuan seperti biomekanik dan juga pengukuran.

antropometri fisioterapi
Pengukuran lebar bahu

Karena memang dasarnya dari fisioterapi yang diturunkan dari dua kata yakni fisio dan terapi. Fisio yang artinya fisik, terapi artinya penyembuhan. Fisioterapi berarti penyembuhan yang memang dasar keilmuannya adalah fisika, dasar umumnya fisika, kemudian diturunkan menjadi modalitas dan beberapa treatment yang puncaknya bermain mengubah subjektivitas jadi objektivitas. Sehingga secara umum hubungan antara antropometri dalam rumpun keilmuan fisioterapi sangatlah erat.

Aplikasi Antropometri dalam Fisioterapi

Beliau mencontohkan secara teknis antropometri dalam Paralympic, disana medical doctor, fisioterapis dan ahli biomekanik bertugas sebagai bukan hanya tenaga kesehatan saja namun juga sebagai classifier, petugas klasifikasi.

“Namanya Paralympic itu adalah olahraga-olahraga untuk temen-temen difabel. Nah disana itu banyak sekali peran antropometri yang sangat kentara disana. Jadi bagaimana nanti atlet baru datang, baru bergabung di NPC dia masuk di “kelas” apa itu tergantung dari antropometri individu.” Ungkap sosok yang tergabung dalam NPC atau National Paralympic Committee tersebut

antropometri fisioterapi

Antropometri sendiri penerapannya sudah bersifat internasional. Sebagai contoh antropometri pengukuran panjang tungkai, untuk bisa dikatakan dia mengalami disabilitas pada anggota gerak bawahnya, maka dia harus punya Panjang tungkai lebih dari 7 cm. Diukur dari mata kaki di bagian luar dari pusar sampai dengan mata kaki bagian luar diukur seperti itu.

Antropometri sebagai penentu diagnosa

Antropometri memiliki peran yang signifikan dalam fisioterapi. Salah satu fungsinya adalah untuk menentukan diagnosa cedera atau penyakit. Dalam Paralympic sejumlah atlet diklasifikasikan di kelas tertentu seperti keterbatasan gerak pada tangan, pada siku, atau pada elbow joint. Identifikasi untuk klasifikasi tersebut dapat diukur menggunakan alat antropometri, baik biometrik yang manual ataupun yang menggunakan laboratorium based.

Contoh paling jelas terlihat adalah skoliosis, kita tidak bisa asal menentukan “oh pasien ini terindikasi skoliosis” tanpa ada pengukuran antropometri. Perlu mengukur sudut cobb, sebagai sudut standar untuk menentukan dia skoliosis atau tidak. Apabila sudut tersebut dibawah 30 derajat berarti belum bisa menyebut sebagai skoliosis.

antropometri fisioterapi
Sumber : depositphotos.com

“Antropometri sebagai penentuan diagnosa sih menurut saya, penentuan dia skoliosis atau tidak itu dari antropometri, penentuan klasifikasi Paralympic itu juga menggunakan antropometri.” papar beliau

Karena hasil pengukurannya digunakan untuk kepentingan diagnosa maka pengukuran antropometri harus presisi dan akurat. Harus menggunakan alat yang akurat. Alatnya juga harus diperiksa validitas dan reliabilitasnya. Sebagai contoh timbangan, untuk mengevaluasi perubahan berat badan pasti yang digunakan adalah timbangan digital untuk berat badan. Karena apabila yang digunakan timbangan daging tidak akan terukur selisihnya, tak terwujud tujuannya. Sehingga untuk penentuan diagnosa diperlukan alat ukur antropometri harus yang valid, responsif, dan reliabel.

Tentang PT Solo Abadi Indonesia

PT Solo Abadi Indonesia adalah perusahaan yang berlokasi di Surakarta, Jawa Tengah. Bergerak di bidang manufaktur dan merupakan produsen alat ukur terbesar di Indonesia yang berdiri sejak 2005. Produk Antropometri Solo Abadi yakni kursi antropometri dan antropometri portabel dapat diaplikasikan di berbagai bidang ilmu seperti kesehatan, antropologi, olahraga, forensik, teknik industri, desain produk, akademi, hingga militer. Solo Abadi turut mendukung pencegahan stunting sejak dini dengan menyediakan produk stunting kit untuk memantau tumbuh kembang bayi, salah satu produk bagian dari upaya pencegahan stunting adalah infantometer board untuk mengukur bayi usia 0 hingga 2 tahun.

Untuk informasi lebih lanjut hubungi email kami di admin@soloabadi.com atau melalui WhatsApp di 08510888111

Jurnalis : Aisyah Yuri Oktavania

Facebook Comments
Bagikan!
WeCreativez WhatsApp Support
Tim dukungan pelanggan kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanya kami apa saja!
👋 Hallo, Ada yang bisa saya bantu?