4 masalah gizi balita menurut Kementerian Kesehatan (KEMENKES) terdiri beberapa masalah seperti Weight Faltering, Underweight, Gizi Kurang dan Gizi Buruk. Keempatnya merupakan sebuah ‘proses’ balita menuju kondisi stunting. Oleh karena itu, mari simak info berikut untuk mengetahui definisi 4 masalah gizi beserta cirinya dengan lengkap dibawah ini!
Apa Itu Masalah Gizi Balita yang Paling Sering Ditemukan di Indonesia?
Masalah Gizi Balita adalah kondisi dimana anak-anak dibawah usia lima tahun (balita) yang mengalami ketidakseimbangan asupan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang maksimal.
Masalah Gizi Balita perlu diperhatikan mengingat, anak sedang dalam periode emasnya terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupannya atau hingga usia 2 tahun. Setelah berusia 2 tahun, tidak ada lagi pertambahan sel neuron baru seperti yang terjadi pada umur sebelumnya, namun pematangannya terus berlanjut hingga anak berusia 4 hingga 5 tahun.
Jika masalah gizi terjadi pada balita, maka perkembangan dan pertumbuhannya akan terganggu. Mulai dari berat dan tinggi badan yang tidak sesuai hingga gangguan kognitif dan motorik.
Oleh karena itu, 4 masalah gizi balita perlu diperhatikan agar anak terhindar dari kondisi gagal tumbuh kronis atau yang biasa kita sebut dengan Stunting.
1. Weight Faltering
Secara harfiah, weight faltering berarti penurunan atau tidak adanya kenaikan berat badan. Artinya, weight faltering pada balita berarti tidak adanya atau penurunan kenaikan berat badan yang sesuai dengan usia dan pertumbuhan balita yang tidak sesuai dengan usianya. Kondisi ini juga dikenal sebagai failure to thrive (gagal tumbuh).
Anak dikatakan Weight Faltering, jika kenaikan berat badan dibawah persentil 5 atau berhenti dan tidak mengalami perubahan selama 3 bulan atau menurun selama 3 bulan. Gangguan ini biasanya terjadi pada 15 bulan pertama kehidupan anak, tapi lebih sering ditemukan pada anak usia 3-4 bulan.
Penyebab Weight Faltering Pada Balita
Penyebab Weight Faltering pada Balita adalah asupan nutrisi yang tidak cukup, adanya masalah kesehatan seperti penyakit kronis gastroesphageal reflux atau adanya intoleransi makanan tertentu sehingga memengaruhi penyerapan nutrisi. Hingga adanya Faktor Psikososial atau hubungan yang kurang baik dan stress dalam keluarga yang bisa memengaruhi nafsu makan anak.
Dampak Weight Faltering Pada Balita
Dampak Weight Faltering pada Balita jika terjadi pada kurun waktu tertentu akan berdampak pada kondisi kronis yakni stunting atau gagal tumbuh kronik dan resiko penyakit seperti sistem kekebalan tubuh yang lemah dan peningkatan resiko infeksi.
2. Underweight Pada Balita
Underweight adalah kondisi di mana balita memiliki berat badan yang lebih rendah dari standar yang ditetapkan untuk usianya. Kondisi ini biasanya diukur menggunakan z-score indeks berat badan terhadap umur (Weight-for-Age Z-Score, WAZ) dengan nilai di bawah -2 standar deviasi dari median WHO growth standards. Secara singkat, underweight pada balita adalah kegagalan balita untuk mencapai berat badan yang ideal.
Penyebab Underweight Pada Balita
Penyebab utama balita mengalami underweight adalah asupan makanan yang tidak adekuat gizinya. Selain itu, metabolismme yang cepat juga berdampak pada berat badan. Anak dengan kondisi ini cenderung lebih sulit untuk menaikan berat badan meskipun telah mengkonsumsi makanan dengan kandungan energi yang tinggi.
Balita underweight memiliki ciri rambut yang mudah rontok, sistem kekebalan tubuh lemah dan sering terserang penyakit.
Dampak Underweight Pada Balita
Dampak underweight pada balita jika terjadi pada kurun waktu tertentu akan berdampak pada kondisi kronis yakni stunting atau gagal tumbuh kronik yang bukan hanya berdampak pada pertumbuhan tinggi badan, namun juga penurunan kemampuan kognitif yang sifatnya irreversible atau tidak dapat diulang lagi.
3. Gizi Kurang (Wasting)
Gizi kurang pada Balita adalah kondisi di mana asupan zat gizi tidak mencukupi kebutuhan tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan normal. Kondisi ini bisa diukur melalui berbagai indikator antropometri seperti berat badan terhadap usia (WAZ), tinggi badan terhadap usia (Height-for-Age Z-Score, HAZ), dan berat badan terhadap tinggi badan (Weight-for-Height Z-Score, WHZ).
Biasanya anak dengan gizi kurang mengalami penurunan berat badan hingga total berat badannya berada jauh dibawah standar kurva pertumbuhan atau berat badan berdasarkan tinggi badannya rendah.
Penyebab Gizi Kurang Pada Balita
Penyebab Gizi Kurang Pada Balita biasanya dikarenakanakan praktik pemberian makan yang tidak tepat. Biasanya hal ini terjadi pada masa pemberian MPASI (Makanan Pendamping ASI) yang terlalu dini atau terlambat. Selain itu infeksi penyakit menular seperti diare dan infeksi saluran pernapasan yang berluang juga menjadi penyebab kurang gizi pada ank.
Dampak Gizi Kurang Pada Balita
Hampir sama dengan kondisi Underweight dan Weight Faltering, gizi kurang pada balita juga berdampak pada eterlambatan perkembangan, terutama perkembangan fisik dan mental yang lambat. Selain itu, kekebalan tubuh balita dengan gizi kurang juga rentan terhadap penyakit.
4. Gizi Buruk
Gizi buruk adalah tingkat keparahan yang lebih serius dari gizi kurang, ditandai dengan defisiensi energi dan protein yang parah. Kondisi ini dibagi menjadi dua bentuk utama yakni Marasmus atau kekurangan kalori dan energi parah dan Kwashiorkor atau kekurangan protein yang parah seringkali diiringi dengan edema atau pembengkakan tubuh.
Penyebab Gizi Buruk
Gizi Buruk disebabkan utamanya oleh kebiasaan makan yang buruk dan gizi yang tidak adekuat. Selain itu, adanya masalah pencernaan seperti Crohn, penyakit radang usus, fibrosis kistik dan kolitis ulserativa. Selain itu, faktor kebersihan juga jadi masalah. Pasalnya, kebersihan yang buruk dapat berakibat pada resiko infeksi penyakit menular.
Dampak Gizi Buruk Pada Balita
Gizi buruk adalah fase paling dekat dengan kondisi stunting. Sehingga apabila terjadi dalam jangka waktu yang lama, gizi buruk dapat berdampak pada perkembangan yang terhambat secara drastis dan efek yang berkepanjangan bahkan setelah pemulihan. Selain itu, gizi buruk juga dapat mengakibatkan kematian.
Hindari 4 Masalah Gizi Balita Pengukuran Antropometri KIT
Antropometri Kit adalah rangkaian alat yang berfungsi untuk mendeteksi stunting pada anak melalui pengukuran berat badan, panjang dan tinggi badan serta lingkar lengan atas dan kepala. Untuk mendeteksi stunting, Antropometri Kit harus berstandar Kemenkes (Kementerian Kesehatan) dan mengacu pada Permenkes (Peraturan Menteri Kesehatan) No. 2 tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak.
Alat ini dapat mendeteksi adanya masalah gizi pada balita lebih dini, sehingga mempercepat proses intervensi yang diperlukan.
Menurut Kemenkes, standar antropometri kit untuk mendeteksi stunting pada anak digunaka sebagai rujukan bagi petugas kesehatan untuk mengidentifikasi anak-anak yang berisiko gagal tumbuh tanpa menunggu sampai anak menderita masalah gizi . Oleh karena itu, pengukuran Antropometri untuk mendeteksi stunting pada anak harus meliputi :
- Berat Badan menurut umur (BB/U)
- Panjang atau Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U)
- Berat Badan menurut Panjang atau Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB)
- Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)
Adapun 4 alat yang wajib ada dalam Antropometri Kit berstandar Kemenkes adalah :
- Stadiometer (Alat ukur Tingi Badan)
- Infantometer (Alat ukur Panjang Badan)
- Alat ukur lingkar kepala atau LiLA (Alat ukur Indeks Massa Tubuh)
- Timbangan Digital (Alat ukur Berat Badan)
Dapatkan Antropometri Kit Berstandar Kemenkes Untuk Deteksi Masalah Gizi Balita Lebih Dini
PT. SOLO ABADI INDONESIA secara penuh mendukung kebijakan pemerintah untuk menurunkan angka stunting di Indonesia. Kami menyediakan berbagai Antropometri Kit dengan kualitas dalam negeri yang tidak perlu diragukan lagi.
Hubungi admin kami melalui WhatsApp. Ikuti update di website Solo Abadi, www.soloabadi.com untuk info mengenai Stunting.
Mari bersama-sama wujudkan #IndonesiaBebasStunting2024 dengan #SatuDesaSatuAntropometri