Apakah ibu-ibu di rumah sudah tahu tentang SKDN posyandu? Istilah ini berkaitan tentang pelaporan kesehatan anak. Apabila buku KMS erat kaitannya dengan kesehatan anak, sementara SKDN merupakan pelaporan maupun catatan kesehatan anak dilingkup kelurahan. Pada artikel ini akan dijabarkan mengenai SKDN, simak sampai akhir ya! Ibu di rumah wajib tahu nih!
Apa Itu SKDN Posyandu?
Posyandu direncanakan dan dikembangkan oleh kader bersama dengan kepala desa, PKK, dan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Kader posyandu sebagai tenaga sukarelawan yang pertama dan bertugas di setiap kegiatan posyandu. Para kader ini memiliki kewajiban melaporan setiap pemantauan kesehatan pada bidan desa, PKK, dan tenaga puskesmas. Kader ini dipilih dengan syarat ingin dan mau bekerja secara sukarela, dapat membaca dan menulis.
Baca Juga: 3 Tips Memilih Alat Antropometri Posyandu, Edisi Timbangan Bayi!
SKDN merupakan pelaporan atau pencatatan lengkap di lingkungan kelurahan. SKDN memiliki kepanjangan yaitu sebagai berikut:
- S = jumlah balita yang berada di wilayah posyandu
- K = jumlah balita yang terdaftar dan memiliki buku KMS
- D = jumlah balita yang datang ditimbang dalam satu bulan
- N = jumlah balita yang naik berat badannya
Indikator dari SKDN Posyandu
Kader posyandu setiap bulannya melaporkan hasil penimbangan di tingkat kelurahan. Melalui pelaporan SKDN ini dapat menjadi acuan sekaligus informasi mengenai perkembangan kegiatan posyandu di wilayah masing-masing. Berikut indikator yang digunakan di antaranya:
1. Indikator K/S
Sesuai dengan rumus SKDN, pada indikator K/S adalah menggambarkan cakupan atau jangkauan program. Cara menghitung indikator ini adalah jumlah balita yang terdaftar dalam satu posyandu dan memiliki KMS dibandingkan dengan jumlah balita yang berada di wilayah lalu dikalikan 100%. Maka dari hasil ini dapat diketahui cakupan program yang terlaksana dalam wilayah tersebut.
Hasil yang dimunculkan minimal harus 80%, apabila hasil yang ditunjukkan berada di bawah angka 80% menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat rendah. Artinya pemantauan bayi tidak merata, masih ada balita yang belum terpantau oleh kader posyandu.
2. Indikator D/S
Indikator ini menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan posyandu. Cara menghitung indikator ini adalah jumlah balita yang ditimbang dalam satu bulan dibandingkan dengan jumlah balita yang berada dalam satu wilayah dikalikan 100%.
Baca Juga: Perbedaan antara Posyandu dan Poskesdes, Ini yang Perlu Kamu Ketahui!
3. Indikator N/D
Dalam indikator ini menunjukkan tingkat keberhasilan program posyandu yang dapat digunakan sebagai gambaran status gizi balita. Cara menghitungnya adalah jumlah balita yang mengalami kenaikan berat badan dibandingkan dengan jumlah balita yang datang di posyandu dikalikan dengan 100%.
4. Indikator N/S
Pada indikator ini menggambarkan tingkat keberhasilan program posyandu. Cara menghitungknya jumlah balita yang naik berat badannya dibandingkan dengan jumlah balita yang ada di wilayah tersebut dikalikan 100%.
Sedia Alat Antropometri Kit untuk Posyandu
Dalam kegiatan posyandu pastinya terdapat alat pendukung sebagai acuan data pengukuran, yaitu Antropometri Kit. Saat ini kami, PT Solo Abadi Indonesia menyediakan berbagai pilihan paket antropometri kit untuk menunjang kegiatan posyandu. Antropometri kit ini terdiri dari:
- Stadiometer (pengukur tinggi badan)
- Infantometer board (pengukur panjang badan bayi)
- Body measuring tape (alat ukur LILA)
- Digital weight scale (timbangan dewasa digital)
- Digital baby weight scale (timbangan bayi digital)
- Tas antropometri kit
Penuhi kebutuhan Antropometri Kit posyandu Anda bersama kami. Dapat menghubungi kami melalui WhatsApp Admin. Produk kami juga sudah tersedia di E-Katalog pemerintah. Selain itu, belanja produk kami dengan mudah melalui marketplace Shopee, Lazada, dan Tokopedia. Konsultasikan dan negosiasikan harga bersama kami!
Baca Juga: Mengenal Sub Pekan Imunisasi Polio, Apa Itu? Bunda Wajib Tahu Nih!
