Range Of Motion (ROM) merupakan pendekatan yang efektif untuk menjaga kelenturan sendi dan mengukur tingkat pergerakan sendi, terutama bagi mereka yang mengalami cedera. Gerakan fisik yang melibatkan sendi akan berdampak pada berbagai komponen sistem gerak, termasuk tulang rawan, ligamen, dan saraf. Latihan ROM yang meliputi gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi dapat dilakukan baik pada anggota gerak atas maupun bawah untuk meningkatkan fleksibilitas dan mempercepat proses pemulihan.
Pengukuran ROM seringkali dilakukan menggunakan goniometer, alat yang presisi untuk mengukur pergerakan sendi. Walaupun goniometer memiliki keterbatasan dalam mengukur beberapa sendi, latihan ROM tetap krusial untuk menjaga kelenturan tubuh. Latihan ROM dapat dilakukan secara aktif, pasif, maupun aktif bantu. Untuk mengetahui lebih detail tentang berbagai jenis latihan ROM dan manfaatnya, simak artikel berikut ini!
Jenis Latihan ROM
Evaluasi fleksibilitas secara berkala pada seluruh ekstremitas atas dan bawah merupakan langkah penting dalam menjaga kesehatan sendi. Pemeriksaan ini akan membantu mengidentifikasi adanya penurunan jangkauan gerak. Beberapa jenis latihan fleksibilitas yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan fleksibilitas tubuh yaitu:
1. Latihan Pasif atau Passive Range of Motion (PROM)
Latihan pasif adalah gerakan yang dilakukan dengan bantuan eksternal, seperti terapis atau alat, untuk membantu mempertahankan atau meningkatkan rentang gerak sendi. Latihan ini umumnya dilakukan pada tahap awal rehabilitasi dan sering dipadukan dengan peregangan untuk memaksimalkan hasil. Pada latihan pasif tentunya tetap melakukan gerakan yang meliputi fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi. Indikasi latihan gerak pasif ditujukan pada area jaringan yang mengalami peradangan akut dimana gerakan aktif dapat memperburuk cedera sendiri dan menghambat penyembuhan. Adapun manfaat dilakukannya latihan pasif yaitu:
- Memelihara jaringan lunak di sekitar sendi serta mencegah kontraktur sendi
- Menjaga elastisitas otot
- Menjaga dan meningkatkan propriosepsi sendi
- Menjaga dan meningkatkan sirkulasi darah
- Menjaga dan meningkatkan nutrisi pada kartilago dan jaringan lunak lainnya.
2. Latihan Aktif atau Active Range of Motion (AROM)
Latihan aktif merupakan jenis gerakan fisik yang dilakukan secara mandiri oleh seseorang, di mana seluruh gerakan yang dihasilkan berasal dari kekuatan ototnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain atau alat bantu apapun. Latihan aktif biasanya dilakukan pada pasien pasca imobilisasi atau untuk meningkatkan daya tahan otot maupun kardiovaskular.
3. Latihan Aktif dengan Bantuan (AAROM)
Latihan aktif dengan bantuan adalah jenis latihan yang menggabungkan kekuatan otot individu dengan bantuan dari orang lain. Latihan ini tidak hanya membantu meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan otot, tetapi juga merangsang kesehatan tulang dan sendi serta meningkatkan aliran darah dalam tubuh. Tujuan dari latihan aktif dengan bantuan memiliki kemiripan dengan latihan pasif yang diantaranya:
- Memelihara elastisitas dan kontraktilitas otot
- Memberikan umpan balik sensorik dari otot yang berkontraksi
- Memberikan rangsangan pada tulang persendian
- Meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah pembetukan gumpalan darah.
- Meningkatkan koordinasi gerakan.
Kontraindikasi Latihan ROM
Latihan ROM tidak dapat diberikan apabila gerakan pada sendi dapat mempengaruhi proses penyembuhan suatu penyakit. Hal tersebut dapat terjadi pada fase akut cidera otot maupun jaringan lunak sendi, patah tulang dan pasca cidera. Jika latihan yang diberikan menimbulkan rasa nyeri, maka tindakan tersebut harus segera dihentikan.
Pada pasien dengan adanya penyakit jantung, latihan ROM harus diperhatikan karena latihan tersebut memerlukan energi dan dapat meningkatkan sirkulasi darah, sehingga pemantauan selama latihan perlu dilakukan. Namun, jika latihan tersebut dirasa dapat membahayakan pasien, maka baiknya tindakan tersebut tidak boleh untuk dilakukan.
Baca Juga: Goniometer, Alat Praktikum Fisioterapi Yang Penting di Gunakan
Goniometer adalah alat yang sederhana namun sangat penting dalam dunia kesehatan, khususnya dalam bidang fisioterapi. Alat ini berbentuk seperti busur derajat besar dengan dua lengan yang dapat digerakkan. Fungsinya adalah untuk mengukur seberapa jauh suatu sendi bisa digerakkan. Adapun bagian dari goniometer sendiri terdiri atas:
- Badan: memiliki bentuk seperti busur derajat, dapat membentuk lingkaran penuh atau setengah lingkaran yang dilengkapi dengan skala pengukuran sudut.
- Lengan tetap: lengan tetap goniometer merupakan bagian yang tidak dapat digerakkan dan terhubung langsung dengan badan alat. Fungsi utamanya adalah sebagai titik acuan yang tetap saat mengukur rentang gerak sendi. Lengan ini selalu sejajar dengan bagian tubuh yang tidak bergerak, sehingga hasil pengukuran menjadi lebih akurat.
- Lengan yang bergerak: lengan goniometer yang sejajar dengan bagian bergerak dari sendi yang sedang diukur.
Tidak hanya goniometer yang dapat dijadikan sebagai alat penunjang praktikum. Namun, ada pula alat penunjang praktikum lainnya seperti antropometri portable yang juga mengukur tubuh manusia. Tentunya, dalam praktikum dibutuhkan sarana yang dapat menghasilkan sebuah hasil yang akurat, efisien, dan akurat. PT Solo Abadi Indonesia memiliki antropometri portable yang tentunya terbuat dari bahan berkualitas premium dan memiliki sertifikasi TKDN. Adapun spesifikasi produk ini yaitu:
- Dimensi: 6500mmx400mmx60mm
- Total berat: 4.800 gram
- Bahan: Stainless Steel
Untuk informasi lebih lanjut hubungi email kami di admin@soloabadi.com atau melalui WhatsApp di 08510888111