Kategori stunting menurut Kemenkes dibagi menjadi 2, yakni nilai z-scorenya kurang dari -2.00 SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari -3.00. SD (severely stunted). Namun, kategori stunting menurut WHO dan studi lainnya, menunjukan bahwa terdapat 4 kategori stunting. 4 Kategori Stunting tersebut yakni Early Onset Persistant, Early Onset Recovered, Late Onset Persistant dan Late Onset Recovered. Mari kita simak penjelasannya!
Apa Yang Dimaksud Dengan Kategori Stunting ?
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh yang terjadi pada anak usia 0-5 tahun. Stunting disebabkan oleh berbagai faktor, seperti buruknya asupan nutrisi, manajemen kesehatan lingkungan dan infeksi yang berkelanjutan. Dampak stunting pun dapat mencakup berbagai faktor. Salah satu dampak stunting terburuk adalah gangguan kognitif atau kemampuan berpikir.
Dampak jangka panjang juga bisa disebabkan oleh stunting adalah pembangunan sosial dan ekonomi suatu negara. Jika tidak ditatalaksana sebaik mungkin, jumlah anak yang memiliki gangguan kemampuan berpikir akan semakin banyak. Alhasil, stunting akan mempengaruhi Sumber Daya Manusia (SDM) suatu negara. Indonesia sendiri termasuk negara dengan angka stunting tertinggi kelima di dunia. Bayangkan betapa buruknya SDM yang kita punya belasan tahun kedepan jika stunting tidak diintervensi dengan baik.
Berbicara mengenai kemampuan berpikir, kategori stunting dibentuk berdasarkan usia yang akan menentukan kemampuan kognitifnya. Kategori Stunting menurut The Wechsler Preschool Primary Scales of Intelligence (WPPSI) menyusun 4 Kategori Stunting. Mari kita bahas tiap kategorinya!
1. Early Onset Persistant
Early Onset Persistant adalah kategori stunting yang terjadi pada anak usia 1- 6 bulan dan kondisinya tetap bertahan hingga usia 60 bulan atau sekitar 5 tahun. Anak dengan kondisi ini cenderung memiliki kemampuan kognitif yang lebih rendah daripada anak normal lainnya. Kondisi ini sering kali muncul pada anak-anak dengan kondisi ekonomi yang terbelakang dan sanitasi yang buruk. Selain itu, kurangnya stimulasi fisik dan hubungan antara kedua orang tua menjadi faktor kategori stunting yang satu ini masih bertahan hingga sang anak berusia 5 tahun.
2. Early Onset Recovered
Early Onset Recovered adalah kategori stunting yang terjadi pada anak usia 1-6 bulan dan kondisinya membaik sebelum 60 bulan atau 5 tahun. Anak dengan kondisi Early Onset Recovered berarti divonis stunting pada masa awal pertumbuhannya namun segera membaik sebelum usia 5 tahun. Studi mengatakan bahwa anak dengan vonis stunting yang membaik sebelum 2 tahun, dapat mengejar keterlambatan pertumbuhannya. Sehingga jika Early Onset Recovered terjadi sebelum 2 tahun, maka dapat ditatalaksana dengan pemenuhan nutrisi yang adekuat. Bahkan menurut The Journal of Nutrinion Community and International Nutrition, anak Early Onset Recovered memiliki tingkat kecerdasan kognitif yang mirip dengan anak yang tidak pernah stunting sama sekali.
3. Late Onset Persistent
Late Onset Persistent adalah kategori stunting yang terjadi pada anak usia 7-24 bulan dan kondisinya tidak berubah hingga usia 60 bulan atau 5 tahun. Berbagai faktor menjadi latar belakang seorang anak terjangkit stunting di usia diatas 6 bulan. Periode ini adalah periode transisi seorang anak dari ASI Ekslusif dengan dampingan MPASI atau Makanan Pendamping ASI. Jika nutrisi yang diberikan sang Ibu dalam periode MPASI tidak adekuat, alhasil dapat dapat berdampak pada penurunan Berat Badan (BB). Penurunan berat badan secara terus menerus dapat berdampak pada keterlambatan bertumbuh atau stunting.
Kondisi ini disebut sebagai Late Onset Persistent karena terjadi di periode ‘terlambat’ untuk diintervensi lebih lanjut. Sehingga anak dengan Late Onset Persistent dan bertahan statusnya hingga usia 5 tahun memiliki kecerdasan kognitif yang kurang. Selain itu, anak dengan kondisi ini juga lebih mudah terpapar virus dan penyakit berjangkit lainnya.
4. Late Onset Only
Late Onset Only adalah stunting yang terjadi pada anak usia 7-24 bulan dan kondisinya yang membaik sebelum 5 tahun. Dapat dikatakan bahwa kondisi ini mirip dengan Early Onset Only. Jika dapat diintervensi dengan nutrisi yang adekuat sebelum 2 tahun, anak dengan kondisi ini dapat menyusul keterlambatannya. Meskipun, stunting terjadi di antara 7-24 bulan. Berbagai faktor jadi latar belakang Late Onset Only. Selain pemberian nutrisi pada fase MPASI yang tidak adekuat hingga adanya infeksi yang berkepanjangan sehingga menurunkan berat badan secara berkala.
Alat Deteksi Stunting Untuk Posyandu
Alat deteksi stunting untuk Posyandu adalah Antropometri Kit. Antropometri Kit adalah serangkaian alat ukur yang terdiri dari Stadiometer atau alat ukur tinggi badan, Infantometer Board atau alat ukur panjang badan bayi, Timbangan Bayi Digital, Timbangan Injak Ibu dan Anak, Pita Lingkar Lengan Atas dan Kepala (LILA) dan Tas Antropometri Kit.
Baca Juga : 4 Alat Antropometri Kit Berstandar Kemenkes, Wajib Dimiliki Posyandu!
Untuk menentukan kategori stunting hal paling krusial untuk dilakukan adalah melakukan pengukuran secara teratur tiap bulannya. Oleh karena itu, keempat instrumen ini perlu dimiliki oleh setiap Posyandu. Semakin baik stunting terdeteksi maka semakin cepat dan tepat tatalaksananya.
Baca Juga : Terbaru! Ini Antropometri Kit Standar Kemenkes 2023!
Selain kelengkapan instrumen, penting bagi Posyandu untuk mengetahui bahwa Antropometri Kit yang dimilikinya telah sesuai dengan standard Antropometri Kit Kemenkes. Antropometri Kemenkes berstandard dengan sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) diatas 40%.
Dapatkan Antropometri Kit Bertsandard KEMENKES
PT. SOLO ABADI INDONESIA secara penuh mendukung kebijakan pemerintah untuk menurunkan angka stunting di Indonesia. Kami menyediakan berbagai Antropometri Kit dengan kualitas dalam negeri yang tidak perlu diragukan lagi.
Hubungi admin kami melalui WhatsApp. Ikuti update di website Solo Abadi, www.soloabadi.com untuk info mengenai Stunting.
Mari bersama-sama wujudkan #IndonesiaBebasStunting2024 dengan #SatuDesaSatuAntropometri