Stunting merupakan persoalan krusial mendalam bagi negara Indonesia. Mengapa demikian? Karena, stunting yang terjadi diIndonesia masih berada diangka yang tinggi yaitu 24,4 persen. Artinya terdapat 100 orang Indonesia, yang diantara 24 orang tersebut mengalami stunting. Hal ini bukanlah persoalan yang dapat dianggap remeh. Karena anak merupakan generasi penerus bangsa nantinya maka untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dimulai dengan mengatasi persoalan stunting ini.
Persoalan stunting menjadi program utama pemerintah untuk menuju generasi emas di tahun 2045. Untuk mewujudukan realisasinya program tersebut dibutuhkan dukungan dan partisipasi dari semua sektor, baik pejabat pemerintah, industri swasta, maupun masyarakat.
Anak dengan kondisi stunting akan mengalami perubahan fisik yaitu pendek dibandingkan dengan teman sebayanya. Namun, selain perihal fisik stunting juga memiliki dampak buruk yang dapat menyebabkan mental dan IQ anak turun drastis untuk masa depannya. Berikut 3 dampak kerugian anak alami stunting.
3 Kerugian Anak Alami Stunting
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) dalam Solopos Talkshow Virtual pada hari Rabu (8/2/2022) menyebutkan bahwa anak yang mengalami stunting akan mendapatkan 3 kerugian, di antaranya:
1. Tidak mudah mendaftar kerja
dr. Hasto Wardoyo mengungkapkan bahwa anak yang mengalami stunting akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan di bidang kedinasan, seperti militer, kepolisian, maupun pekerjaan yang mewajibkan syarat tinggi badan. Hal ini disebabkan kondisi anak stunting yang memiliki postur tubuh pendek dibandingkan dengan teman sebayanya.
2. Kurangnya tingkat akademis anak yang stunting
Tingkat akademis anak yang mengalami stunting akan berkurang dibandingkan dengan teman-temannya. Tingkat akademisnya akan mengalami kelambatan sehingga susah mengikuti semua mata pelajaran di sekolah. Anak yang mengalami stunting kondisi IQ akan turun drastis sebesar 70%, memiliki rasa takut dalam berbicara, dan tidak aktif dalam mengutarakan pendapat di depan. Hal ini berdampak anak akan tertinggal dan mengalami kesusahan saat belajar di sekolah secara normal.
3. Di atas umur 45 tahun akan mudah terkena penyakit
Anak yang mengalami kondisi stunting nantinya di atas umur 45 tahun akan mudah terkena penyakit. Hal ini disebabkan karena kurangnya gizi yang diberikan sejak kecil sehingga pada umur 45-an ke atas tubuh sudah tidak fit lagi. Penyakit yang muncul pada umur ini di antaranya penyakit kardiovaskular, lebih mudah lelah, perimenopause, osteroarthritis, hipertensi, dan penyakit lainnya.
Hindari Dampak Kerugian Anak Yang Mengalami Stunting Sejak Dini
Stunting dapat dicegah dengan tercukupinya gizi sejak 1000 hari kehidupan. Selain itu, pemantauan perkembangan tubuh bayi juga harus dilakukan hingga umur 2 tahun seperti mengukur badan, tinggi bada, lingkar kepala dan lengan untuk mengetahui kondisi gizi bayi melalui pengukuran secara berkala. Maka untuk itu, pendeteksian terhadap risiko stunting pada anak sangat penting dilakukan untuk menghindari 3 kerugian di atas.
PT Solo Abadi Indonesia menawarkan produk-produk dalam mendeteksi risiko stunting pada anak yaitu melalui alat ukur seperti infantometer board, timbangan digital, stadiometer, dan alat ukur LILA. Semua produk-produk tersebut dibungkus dalam paket stunting kit. Stunting kit merupakan produk menyediakan kebutuhan dalam mendeteksi stunting sejak dini. Anda dapat memiliki paket stunting kit ini hanya di Solo Abadi Indonesia dengan menghubungi kami melalui WhatsApp. Anda juga bisa langsung melakukan penawaran melalui link ASK FOR PRICE yang tersedia. Paket stunting kit ini sudah tersedia juga di Marketplace Tokopedia, Shopee, maupun Bukalapak. Kunjungi juga sosial media kami di Instagram, Facebook, maupun YouTube.
Cegah Stunting Itu Penting!
Baca artikel selanjutnya Kurang Energi Protein (KEP) Dapat Sebabkan Anak Stunting