Dalam berbagai kasus kriminal di dunia, ada penemuan rangka tubuh manusia dengan keadaan yang telah terdekomposisi. Untuk selidiki kasus ini, diperlukan ahli antropologi forensik untuk mengidentifikasi rangka tubuh. Oleh karena itu, pembacaan dan pengukuran dimensi pada tulang atau antropometri perlu dilakukan. Lalu, Bagaimana Antropologi Forensik mengukur rangka tubuh dengan antropometri ?
Mengenal Peran Antropologi Forensik Dalam Kasus Kriminal
Seperti yang telah kami jelaskan pada artikel, Identifikasi Antropometri Forensik Dalam Kasus Kriminal bahwa proses identifikasi adalah proses krusial untuk menentukan kejelasan identitas biologis seseorang. Bukan hanya terhadap korban namun juga pelaku tindak kekerasan. Pada pelaku tindak kekerasan, teknik identifikasi ini disebut dengan Bertilon System.
Bertilon System berfungsi untuk mengenali fitur wajah pada pelaku tindak kekerasan. Namun, hal ini berbeda jika kasus yang dihadapi menghendaki ahli Antropologi Forensik mengidentifikasi rangka tubuh manusia. Dalam kasus pembunuhan, seringkali rangka tubuh ditemukan dalam keadaan yang telah terdekomposisi. Terdekomposisi adalah istilah yang sering dipakai untuk menyebut pembusukan secara kimia pada makhluk hidup yang telah mati.
Selain rangka yang telah terdekomposisi, terkadang ditemukan kasus dengan tulang-belulang yang tersebar satu sama lain. Dalam kasus seperti ini, diperlukan ahli Antropologi Forensik untuk mengidentifikasi identitas korban.
Baca Juga : 4 Tipe Caliper Antropometri, Instrumen Ukur Berbagai Bidang Keilmuan!
Mengukur Rangka Tubuh, Identifikasi Antropologi Forensik Dengan Antropometri
Identifikasi Antropologi Forensik dapat memperkirakan usia, jenis kelamin, ras dan tinggi seseorang dengan hanya menganalisis tulang. Pembacaan tulang ini merupakan indikator utama dan meskipun mereka tidak dapat menentukan dengan tepat identitas korban tersebut, antropolog forensik dapat membantu dalam mempersempit kemungkinan profil.
Beberapa teknik identifikasi yang dapat mengiringi indikator utama tersebut dapat juga mengidentifikasi beberapa hal yakni :
- Profil DNA dan sidik jari
- Perbandingan temuan gigi
- Medis Ante-Mortem
- Tato
- Bekas luka
- Tanda pengenal
- Antropometri (pengukuran tangan, kaki, telinga, hidung dll)
- Patologi atau Anomali kelainan bentuk
Dalam beberapa kasus, Antropologi Forensik memerlukan data-data Somatometri untuk meningkatkan akurasi terhadap identifikasi. Somatometri sendiri merupakan studi Antropologi untuk mengelompokan populasi tertentu.
Baca Juga : Mengenal Somatometri, Banyak Digunakan Dalam Antropologi Forensik!
Pada rangka subadults (bayi, anak-anak dan remaja) tingkat pertumbuhan dan perkembangannya dapat lebih diprediksikan dibandingkan pada orang dewasa, sehingga perkiraan usia kematian untuk subadults lebih tepat. Pada kasus orang dewasa, perkiraan ini didasarkan pada perubahan degeneratif kerangka.
Pada dasarnya, umur dapat ditentukan pada pertumbuhan gigi. Namun, jika rangka gigi tidak terdeteksi maka umur dapat dianalisis melalui panjang dan tahap penyatuan tulang. Berikut adalah identifikasi berdasarkan pembacaan pada tulang :
a. Bagian Kepala dan Wajah
Dalam proses identifikasi kasus kriminal, beberapa bagian dari kepala dan wajah menyiratkan banyak informasi yang berguna pada penyelesaian kasus kriminal. Seperti pada bagian pipi atau lebar pipi (os zygomaticum) dan tinggi tulang hidung (nassal height) yang dapat memberikan informasi terkait ras.
Selain itu, tengkorak dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis kelamin. Pada laki-laki, cenderung lebih besar dan memiliki tempat perlekatan otor yang lebih menonjol dengan proses mastoid yang menonjol. Sedangkan proses mastoid wanita lebih gracile atau kecil. Selain itu, sinus frontal pada laki-laki lebih besar sedangkan perempuan lebih kecil.
Selain itu, terdapat pula Glabella, Frontal dan Tulang Belakang Telinga (Prosessus Mastoideus) yang dapat menginformasikan jenis kelamin.
b. Bagian Panggul
Pada orang dewasa, jenis kelamin ditentukan dengan menganalisis tulang panggul dan tengkorak . Informasi ini digabungkan dengan data pengukuran dari kerangka postcranial. Panggul pria lebih kuat dengan perlekatan otot yang lebih menonjol dan lekukan siatik yang sempit. Takik Skiatik lebih lebar pada wanita dan foramen obturator lebih kecil dan lebih berbentuk segitiga pada pria. Sedangkan, pintu panggul berbentuk hati pada pria dan elips atau melingkar pada wanita.
c. Menentukan Tinggi atau Living Height
Estimasi living height dapat dilihat melalui panjang tulang pada lengan dan kaki. Instrumen yang digunakan adalah Anthropometer dan Sliding Caliper. Adapun cara perhitungannya disebut sebagai The Garwin Method.
Alat Ukur Antropologi Forensik
Dari narasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa data antropometrik tubuh manusia sangat berperan dalam pemecahan kasus kriminalitas. Diperlukan instrumen yang presisi, mudah mobilitasnya dan memiliki fungsi yang lengkap. Beberapa alat ukur yang paling banyak digunakan dalam dunia antropologi forensik dan anatomi tubuh manusia adalah Sliding Caliper, Small Spreading Caliper dan Anthropometer yang dapat ditemukan dalam Antropometri Portable.
Antropometri Portable dari PT. Solo Abadi Indonesia adalah inovasi 100 pengukuran Antropometri dalam satu set alat Antropometri. Instrumen ini juga dapat digunakan untuk melakukan pengukuran dalam posisi duduk dan berdiri, sesuai dengan fitur tubuh yang diperlukan dalam Antropometri Forensik.
Hubungi tim kami untuk berkonsultasi lebih lanjut melalui WhatsApp. Informasi lebih lanjut mengenai detail produk dan informasi edukatif mengenai pengukuran antropometri dapat diakses melalui official website kami di www.soloabadi.com.